PLANNER

March 10, 2013

Bahan hadis: Keutamaan Jihad.

Hadits ke 29 daripada hadis 40.

عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال : قلت يا رسول الله أخبرني عن عمل يدخلني الجنة و يباعدني عن النار ؟ قال - لقد جئت تسأل عن عظيم وإنه ليسير على من يسره الله تعالى عليه : تعبد الله لا تشرك به شيئاً وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت , ثم قال : ألا أدلك على أبواب الخير ؟ الصوم جُنة والصدقة تطفئ الخطيئة كما يطفئ الماء النار , وصلاة الرجل في جوف الليل ثم تلا - تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون*فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونََ - ]السجدة16-17]... ثم قال ألا أخبرك برأس الأمر وعموده وذروة سنامه ؟ - قلت : بلى , يا رسول الله قال " رأسٍ الإسلام , وعموده الصلاة وذروة سنامه الجهاد " ثم قال : ألا أخبرك بملاك ذلك كله ؟ " فقلت ك بلى يا رسول الله , فأخذ بلساني وقال - كف عليك هذا - فقلت : يا نبي الله , و إنا لمؤاخذون بما نتكلم ؟ فقال- ثكلتك أمك , وهل يكب الناس في النار على وجوههم - أو قال - على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم ؟! - رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح

Terjemahan:

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu 'anhu, ia berkata : Aku berkata : “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”. Kemudian beliau bersabda : “Inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam”. Kemudian beliau membaca ayat : “Tatajaafa junuubuhum ‘an madhaaji’… hingga …ya’maluun“. Kemudian beliau bersabda: “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” (HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih)

[Tirmidzi no. 2616]

Penjelasan:

Sabda beliau “engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala”, maksudnya bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah kemudian diberi petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan agama secara benar, yaitu menyembah kepada Allah tanpa sedikit pun menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Kemudian sabda beliau “mengerjakan shalat”, yaitu melaksanakannya dengan cara dan keadaan paling sempurna. Kemudian beliau menyebutkan syari’at-syari’at Islam yang lain, seperti zakat, puasa dan haji.

Kemudian sabda beliau “inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai”, maksudnya adalah selain puasa Ramadhan, karena puasa yang wajib telah diterangkan sebelumnya. Jadi, maksudnya ialah banyak berpuasa sunnat. Perisai maksudnya ialah puasa itu menjadi tirai dan penjaga dirimu dari siksa neraka.

Kemudian sabda beliau “shadaqah itu menghapuskan kesalahan”. Maksud shadaqah di sini adalah zakat.

Sabda beliau “shalat seseorang di tengah malam”.

Kemudian beliau membaca ayat :
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”.
(QS. As Sajadah 32 : 16-17)

maksudnya orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan tidurnya dan lebih mengutamakan shalat karena semata-mata mengharapkan pahala dari Tuhannya, seperti tersebut pada firman-Nya : “Maka suatu jiwa tidak dapat mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu balasan yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah sangat membanggakan orang-orang yang melakukan shalat malam di saat gelap dengan firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi : “Lihatlah hamba-hamba-Ku ini. Mereka berdiri shalat di gelap malam saat tidak ada siapa pun melihatnya selain Aku. Aku persaksikan kepada kamu sekalian (para malaikat) sungguh Aku sediakan untuk mereka negeri kehormatan-Ku”.

Sabda beliau : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengumpamakan perkara ini dengan unta jantan dan Islam dengan kepala unta, sedangkan hewan tidak akan hidup tanpa kepala.

Kemudian sabda beliau “tiang-tiangnya adalah shalat”. Tiang suatu bangunan adalah alat penyangga yang menegakkan bangunan tersebut, karena bangunan tidak akan dapat berdiri tegak tanpa tiang.

Sabdanya “puncaknya adalah jihad”, artinya jihad itu tidak tertandingi oleh amal-amal lainnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ia berkata bahwa ada seseorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata :
“Tunjukkan kepadaku amal yang sepadan dengan jihad”. Sabda beliau : “Tidak aku temukan”. Kemudian sabda beliau : “Adakah engkau sanggup masuk ke dalam masjid, lalu kamu melakukan shalat Lail tanpa henti dan puasa tanpa berbuka selama seorang mujahid pergi (berperang)?” Orang itu menjawab : “Siapa yang sanggup berbuat begitu!”

Sabdanya : “maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”, maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggalakkan dia pertama kali untuk berjihad melawan orang kafir, kemudian dialihkan kepada jihad yang lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu, menahan perkataan yang menyakitkan atau menimbulkan kerusakan karena sebagian besar manusia masuk neraka karena lidahnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” Penjelasannya telah ada pada Hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata baik atau diam”.

Demikian juga pada Hadits lain disebutkan :
“Barang siapa memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara kedua bibirnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya, maka aku jamin dia masuk surga”

March 9, 2013

Rumusan Usrah 08032013

Persoalan:

1-Sdr.syam-Bagaimana dikatakan tentera Malaysia syahid sedangkan mereka berperang dengan tentera sulu yang Islam dan menuntut hak yang sama?

Jawapan:
-majlis fatwa kata mati syahid akhirat.
-mati syahid akhirat tiada implikasi apa apa di dunia.
-mati syahid fi sabilillah tertakluk kepada pengurusan niat.


“ "Barangsiapa yang terbunuh kerana membela hartanya, maka ia syahid. Terbunuh kerana membela agamanya, maka ia syahid. Terbunuh kerana membela dirinya, ia syahid. Dan terbunuh kerana membela keluarganya, ia syahid." (Hadis Riwayat Ahmad(1565), Tirmidzi(1341), An Nasa’I(4026), Abu Daud(4142)) ”

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda:
“ "Apa menurut kalian tentang orang yang mati syahid?" Mereka menjawab: "Wahai Rasulullah, mati syahid adalah buat mereka yang dibunuh fisabilillah." Rasulullah bersabda: "Jika demikian saja, maka syuhada umatku sedikit." Mereka bertanya: "Lalu, siapa mereka Ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Barangsiapa dibunuh dijalan Allah itulah Syahid, dan barangsiapa mati fisabilillah itulah syahid, yang mati kerana thaun (sejenis penyakit lepra) maka dia syahid, dan siapa yang mati kerana sakit perut dia syahid." (Hadis Riwayat Muslim(3539))


Rumusan:
1)jihad di jalan Allah dipandu oleh niat yang betul.
2)Perangi musuh dengan peralatan yang sama dengan musuh.
3)Politik mendahului akidah perjuangan bermaksud hubbudunya masuk dalam niat perjuangan. Itulah Al-wahnu.
4)penyakit cintakan dunya ketika berjuang ini pernah menjangkiti sahabat nabi dalam perang uhud.
5) orang yang ikhlas dalam pas itu adalah "fiah qalil" .kita perlu jadi golongan itu dan allah menolong kita.

March 8, 2013

Fikrah:Jangan biarkan politik dahului akidah perjuangan

Bahan usrah
Dibentangkan oleh Ust Ahmad Supu.

Perjuangan Islam merupakan satu sunnah yang sewajibnya diteruskan oleh generasi kini sebagaimana yang telah diwarisi oleh Baginda Rasulullah SAW, para sahabat dan seterusnya ummat yang terdahulu. Perjuangan Islam adalah dilandaskan kepada Aqidah yang benar dan jelas, bersumberkan kepada Al-Quran dan As-sunnah sebagai panduan. Ia dihiasai dengan Jihad dan Pengorbanan yang menjadi kekuatan kepada Perjuang Islam itu sendiri. Inilah antara asas dan konsep yang perlu difahami dan dihayati oleh semua Pejuang Islam.

Walaupun asas perjuangan Islam itu tetap, namun method dan kaedah kepada perjuangan itu adalah bersifat anjal dan berubah, sesuai mengikut zaman dan keadaan semasa. Method inilah juga yang seharusnya difahami oleh para pejuang Islam agar setiap tindakan dan strategi dalam perjuangan Islam itu tepat dan mencapai matlamatnya. Di Malaysia kini, antara method dan wasilah dalam memperjuangkan Islam itu adalah melalui medan politik demokrasi, iaitu keterlibatan dalam sistem pilihanraya. Alhamdulillah, PAS, sebuah gerakan Islam, telah mengambil satu ijtihad yang baik dengan menyertai pilihanraya bagi mendapatkan kuasa untuk melaksanakan amanah pemerintahan di bumi ini mengikut acuan Islam.

Sehingga kini, PAS telah menunjukkan satu komitmen yang tinggi dalam gelanggang politik ini bagi mencapai hasrat murni memartabatkan sistem pemerintahan Islam di negara ini. Hakikatnya, dalam usaha ke arah mencapai hasrat dan matlamat ini, PAS terpaksa mengambil pendekatan untuk menyertai arena politik demokrasi, bagi memastikan maslahat Islam dan ummat yang lebih besar dapat diraikan kelak. Tidak dapat dinafikan, apabila bergelumbang dalam arena politik demokrasi ciptaan barat ini, PAS perlulah berfikiran lebih terbuka dan meraikan banyak pihak. Namun bagitu PAS dilihat tidak menggadaikan asas Perjuangan Islam dan tetap komited dengan agenda Islam mereka.

Namun di sana, pasti akan ada kelompongan dan kelemahan apabila bergelumang dalam medan politik demokrasi ini. Tidak dapat dinafikan, bukan semua mereka yang terlibat dalam menggerakkan agenda politik PAS benar-benar memahami dan menghayati akan konsep sebenar politik dalam Islam. Harus diingat mereka yang begitu bersemangat menggerakkan agenda politik PAS ini adalah terdiri daripada pelbagai latar belakang, yang mana khidmat dan peranan mereka ini adalah amat besar kepada keberkesanan penyertaan PAS dalam politik Malaysia.

Penulis melihat, sudah mula merebak di dalam PAS simptom-simptom penyakit politik yang mampu membentuk satu barah yang kronik yang akhirnya mampu menjatuhkan PAS jika tidak diubati dan dikawal dengan sebaiknya. Apa yang penulis maksudkan di sini ialah sudah ada di kalangan pemimpin mahupun ahli PAS yang sudah mula menjauhkan diri dengan Aqidah Perjuangan yang sebenar apabila mereka mula larut dalam gelanggang politik demokrasi ciptaan barat ini. Mereka sudah lupa bahawa politik demokrasi ini hanyalah semata-mata wasilah yang dipilih oleh PAS dalam melaksanakan amanah Perjuangan Islam.

Ramai di kalangan orang PAS sudah mula memandang politik ini sebagaimana pandangan golongan sekular, yang menganggap ianya merupakan salah satu cara untuk mengaut kemewahan, kuasa dan penghormatan daripada manusia. Sebab itulah kini sudah merebak penyakit-penyakit orang UMNO di dalam PAS. Tidak perlulah penulis menyebutkan apakah penyakit-penyakit tersebut, cukup sekadar penulis menyatakan bahawa penyakit-penyakit itu sudah mula merebak ke dalam PAS secara perlahan-lahan. Dan sebab itulah ramai yang melihat PAS hanyalah sebagai sebuah parti politik sebagaimana parti-parti yang lain, bukan lagi sebagai sebuah Gerakan Islam, yang memperjuangkan Dakwah, Tarbiyah dan Siasah secara selari.

Justeru bukanlah sesuatu yang pelik kini jika ada di kalangan ahli PAS yang begitu bersemangat dengan gerak kerja politik, namun tersungkur dan tewas apabila diajak ke program dakwah dan tarbiyah. Ya, politik itu terkandung di dalamnya elemen dakwah dan tarbiyah, namun jika nilai dan konsep yang diamalkan itu adalah politik demokrasi ciptaan barat, bukannya politik sebagaimana yang dianjurkan Islam, maka tidak salahlah jika masyarakat mula menganggap PAS adalah sebuah parti politik semata-mata sebagaimana parti-parti lain. Tidak salahlah juga jika masyarakat mengaanggap orang PAS ini adalah orang politik semata-mata, bukan lagi ‘orang dakwah dan tarbiyah’.

Justeru, penulis ingin menyeru kepada semua penggerak PAS, sama ada pimpinan mahupun ahli biasa untuk kita kembali menghayati dan memahami konsep perjuang Islam yang sebenar. Fahamlah apa itu Aqidah Perjuangan, apa itu Politik Islam, apa itu jihad pengorbanan, apa itu mehnah dan ujian. Ingatlah, di saat kita diberikan amanah mentadbir beberapa negeri, janganlah kita dibuai leka dan lalai, sehingga kita berasa begitu selesa dan yakin dengan semua tindakan kita. Hakikatnya, di saat inilah, musuh-musuh mudah untuk mencari peluang dan ruang untuk menjatuhkan kita.

Penulis ingin sekali tegaskan, PAS adalah sebuah Jemaah Islam, hadirnya adalah untuk memperjuangkan Islam melalui tarbiyah, dakwah dan siasah. Maka pandulah kereta ‘PAS’ ini sebagai sebuah Jemaah Islam, bukan sebagai parti politik semata-mata. Jika ditakdirkan suatu masa politik itu tidak wujud, maka pada waktu itu PAS tetap akan wujud dan hidup, kerana di sana masih ada Dakwah dan Tarbiyah, yang merupakan dua tonggak utama yang hadir sebelum politik. Inilah yang telah ditunjukkan oleh Baginda Rasulullah SAW, tugas awal Baginda adalah Dakwah dan Tarbiyah. Selepas dua elemen ini mampu dihayati dan difahami oleh para sahabat Baginda, maka barulah Rasulullah SAW menyambungkannya dengan elemen Siasah, namun dalam keadaan dakwah dan tarbiyah itu tetap menjadi tonggak kepada politik itu sendiri.

Semoga perkongsian ini sedikit sebanyak mampu mengurangkan keresahan penulis melihat perkembangan PAS kini. Jika perkongsian ini ada manfaat dan benarnya, ambillah peringatan dan pengajaran daripadanya. Jika perkongsian ini bukanlah menggambarkan realiti yang sebenar, maka penulis ingin memohon maaf atas pandangan yang lemah ini. Berlapang dadalah. Semoga kita semua terus diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk meneruskan agenda Perjuang Islam yang menjadi amanah kita semua di muka bumi ini. Siru ‘Ala Barakatillah.

Insan Rabbani,
Kota Bharu, Kelantan Darul Naim.

Tafsir: Berperanglah Di Jalan Allah

Ditulis oleh:  Ust Dr Abdullah Yasin

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ خُذُواْ حِذْرَكُمْ فَانفِرُواْ ثُبَاتٍ أَوِ انفِرُواْ جَمِيعًا (٧١) وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَن لَّيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ شَهِيدًا (٧٢) وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ الله لَيَقُولَنَّ كَأَن لَّمْ تَكُن بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ يَا لَيتَنِي كُنتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧٣) فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ وَمَن يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيُقْتَلْ أَو يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (٧٤) وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا (٧٥) الَّذِينَ آمَنُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُواْ أَوْلِيَاء الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا (٧٦

(Al-Nisa’ 4:71-76)

Setelah Allah SWT, menyuruh kita agar beribadat hanya kepadaNya dan jangan melakukan syirik, agar menjalin hubungan baik dengan kaum kerabat, jiran tetangga, anak yatim dan fakir miskin, hukum-hakam perkahwinan dan pembahagian harta pusaka, maka pada ayat berikut ini Allah menjelaskan pula tentang hukum-hakam peperangan dan bagaimana seharusnya kita memelihara agama kita dari ancaman musuh.




يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ خُذُواْ حِذْرَكُمْ فَانفِرُواْ ثُبَاتٍ أَوِ انفِرُواْ جَمِيعًا

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama (71)


Di dalam ayat ini Allah menyuruh kita agar sentiasa berwaspada dan bersiap siaga dari kejahatan musuh. Umat Islam seharusnya memiliki kekuatan sendiri, yang walaupun tidak lebih kuat tetapi minima setanding dengan kekuatan mereka. Hakikat ini tersirat di dalam perintah Abu Bakar As-Siddiq kepada Khalid Bin Walid (ra) di dalam perang Al-Yamamah1:

حاربهم بمثل ما يحاربونك به، السّيف بالسّيف والرَّمح بالرَّمح

Perangilah mereka dengan senjata yang mereka pergunakan untuk memerangi kamu, perang dengan pedang, panah dengan panah.


Sikap berwaspada terhadap tipu muslihat musuh dan bersiap siaga dari kejahatan mereka tidak bercanggah dengan keyakinan kita terhadap Qadha’ dan Qadar serta konsep tawakkal, juga tidak bertentangan dengan hadis daripada ‘Aisyah r.a. (لا يغنى حذرٌ من قدر):”Kewaspadaan tidak akan dapat menolak taqdir” (Riwayat Al-Hakim). Memang tepat sekali ungkapan ini, kerana kewaspadaan hanyalah usaha kita mengambil sebab, bukanlah penentu dan pemutus tetapi kita juga mesti yakin bahawa bersikap waspada adalah dituntut oleh syara’ dan ia termasuk iman kepada Taqdir. Malahan Allah SWT menyuruh umat Islam membuat persiapan menghadapi musuh:


وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.

[Al-Anfal 8:60]


Adapun maksud ungkapan: ”…dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama” mengandungi isyarat tentang taktik dan strategik yang perlu diambil ketika menghadapi musuh agar disesuaikan dengan keadaan dan kekuatan mereka.



وَإِنَّ مِنكُمْ لَمَن لَّيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيَّ إِذْ لَمْ أَكُن مَّعَهُمْ شَهِيدًا

Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: “Sesungguhnnya Tuhan telah menganugerahkan ni’mat kepada saya kerana saya tidak ikut berperang bersama mereka”(72)


Di dalam ayat ini Allah SWT mendedahkan sikap sebahagian umat Islam yang lemah iman dan orang-orang munafikin. Golongan yang lemah iman akan berlambat-lambat ke medan pertempuran kerana sifat pengecut mereka menghadapi musuh, sedangkan golongan munaffik memang benci kepada Islam dan penganutnya, mereka tidak suka dengan kejayaan Islam, mereka bukan saja berlambat-lambat menyahut seruan melawan musuh untuk menegakkan ajaran Islam, malahan berusaha keras untuk menghalang orang Islam lainnya daripada berjuang untuk Islam.


Sikap golongan ini seperti kata pepatah “pandai menangguk ikan di air keruh”, mereka pandai mengeksploitasikan keadaan. Jika umat Islam mengalami kekalahan di dalam pertempuran melawan musuh, mereka sangat bergembira dan berkata: “Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan ni’mat kepada kami kerana kami tidak ikut berperang bersama mereka”. Mereka bersyukur dan beranggap kekalahan umat Islam itu sebagai ni’mat dari Allah kerana dirinya terselamat daripada kebinasaan, padahal bagi pejuang yang gugur tersedia ganjaran yang besar di sisi Allah berkat kesabarannya.


وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ الله لَيَقُولَنَّ كَأَن لَّمْ تَكُن بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ يَا لَيتَنِي كُنتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا
Dan sesungguhnya jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)”. (73)


Ayat ini menambah lagi keterangan tentang sikap golongan yang lemah iman dan munafik, iaitu jika umat Islam mendapat kemenangan mereka berkata: “Wahai, kiranya saya ada bersama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)”. Allah SWT mencela sikap mereka dengan sindiran halus: “seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang dengan dia”. Maksudnya: Ungkapan yang mereka ucapkan di atas, menggambarkan tidak ada sedikitpun perasaan kasih sayang di dalam dirinya terhadap saudaranya seagama dan ungkapan seperti itu tidak sepatutnya keluar dari mulut orang yang mermpunyai iman dan kasih sayang.

Malahan sikap mereka justeru sebaliknya, mereka tidak melihat kemenangan yang Allah anugerahkan kepada umat Islam sebagai ni’mat juga untuknya, dan mereka juga tidak melihat musibah yang menimpa umat Islam lain sebagai musibah ke atas dirinya. Padahal Allah SWT telah berfirman:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara [al-Hujurat 49:10]


Dan Nabi (sallallahu alayhi wasalam) mengisyaratkan di dalam banyak hadisnya bahawa orang yang beriman bagaikan satu tubuh yang jika ada anggotanya yang sakit maka akan terasa sakit seluruh tubuhnya.2


فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ وَمَن يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيُقْتَلْ أَو يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Kerana itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. (74)


Allah SWT menyuruh orang yang sanggup menjual kehidupan dunianya dan mengorbankannya demi mengharap ganjaran yang besar di akhirat, agar mereka berjuang di jalan Allah. Kemudian Allah berjanji akan memberi mereka pahala yang besar lagi kekal di akhirat nanti.

Menurut Imam Ibnu Kathir3: Setiap orang yang berjuang di jalan Allah samada ia gugur ataupun mendapat kemenangan, maka baginya ganjaran yang besar tersedia di sisi Allah. Ganjaran yang dimaksudkan itu digambarkan oleh Nabi (sallallahu alayhi wasalam) di dalam sabdanya:


وتكفَّل الله للمجاهد فى سبيله، إن توفَّاه أن يدخله الجنَّة أو يرجعه إلى مسكنه الَّذى خرج منه نائلاً ما نال من أجرِ أو غنينة
Allah memberi jaminan kepada orang yang berjuang di jalanNya, sekiranya ia gugur niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga atau dikembalikan ke tempat ia keluar sambil memperoleh ganjaran atau harta rampasan perang
(HR Bukhari dan Muslim)


Maksud4 : (القِتَالُ فِى سَبِيْلِ الله ) : “berperang di jalan Allah” ialah seperti yang ditafsirkan oleh Nabi (sallallahu alayhi wasalam) :
( مَنْ قَتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِىَ اْلغُلْيَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ الله ) “Siapa yang berperang agar Kalimah Allah yang lebih tinggi, maka ia berjuang di jalan Allah”.
(HR Al-Jama’ah daripada Abu Musa)


وَمَا لَكُمْ لاَ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاء وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَـذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا
Mengapa kamu tidak mahu berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!” (75)



Di dalam ayat ini Allah bertanya: Apakah sebabnya kamu enggan berjuang di jalan Allah untuk menggantikan kesyirikan dengan Tauhid dan kezaliman dengan keadilan. Ayat ini menggambarkan keadaan penduduk Mekah yang beriman telah ditindas oleh musyrikin Quraisy. Umat Islam ketika di dalam kondisi yang masih lemah.Ibnu Abbas (ra) berkata: “Saya dan ibu saya ketika itu termasuk ke dalam golongan yang lemah”.


الَّذِينَ آمَنُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُواْ أَوْلِيَاء الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan taghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, kerana sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah (76).


Di dalam ayat ini Allah SWT membezakan antara perjuangan orang yang beriman dengan perjuangan orang kafir. Al-Mukminun berjuang di jalan Allah iaitu untuk menunaikan perintah Allah dan mengharap keredhaanNya, sedang Al-Kafirun pula berjuang untuk mematuhi kehendak taghut. Makna “taghut” adalah syaitan. Dan bukti bahawa taghut itu adalah syaitan ialah firman Allah pada ayat yang sama: “sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, kerana sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”.


Menurut Prof Wahbah Al-Zuhaily5: Taghut adalah syaitan dan segala yang menyamai peranannya seperti kezaliman, khuarafat, tukang tenung dan seruan agar menyembah berhala. Al-Kafirun tidak mempunyai pelindung kecuali syaitan, sedangkan pelindung Al-Mukminun adalah Allah Azza Wa Jalla. Tipu daya syaitan sangat lemah jika dibandingkan dengan kekuatan yang dimiliki oleh Allah.

________________________________________________________________
1 Tafsir Al-Maraghy; Syeikh Ahmad Mustafa Al-Maraghy; Juz V / 87
2 Tafsir Al-Munir; Prof Wahbah Al-Zuhaily; Juz V / 152-153
3 Tafsir Al-Quran Al-‘Azim; Ibnu Kathir; Vol. 1 / 641
4 Tafsir Al-Munir; Prof Wahbah Al-Zuhaily; Juz V / 158
5 I b i d: Juz V / 1580159


Tafsir:Jangan Khianat Kepada Allah Dan RasulNya

Ust. Abdullah Yasin

(سورة الأنفال)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٧) وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (٢٨) يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٢٩)
[Surah Al-Anfaal 8:27-29]

Terjemahan:

(27) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.

(28) Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah fitnah (sebagai cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.

(29) Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan, dan menghapuskan segala kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.



Sebab Turun Ayat:

Diriwayatkan bahwa Abu Sofyan keluar dari kota Mekah. Biasanya tujuan keluarnya adalah untuk memusuhi Nabi Muhammad (sallallahu alayhi wasalam) dan orang-orang mukmin. Allah SWT maklumkan ini kepada Nabi (sallallahu alayhi wasalam) dan di mana Abu Sofyan berada. Salah seorang munafiqin menulis surat kepada Abi Sofyan yang antara lain kandungannya: Sesungguhnya Muhammad sedang mencari kamu, olih sebab itu waspada dan berhati-hatilah kamu. Untuk itulah maka turun ayat ini.

Dan banyak riwayat lain lain tentang sebab turun ayat di atas, antara lain: Tentang Abu Lubabah Bin Abdul Mundzir, tentang pembunuhan Othman Bin Affan dan kisah Hatib Bin Abi Balta’ah.

Imam Ibnu Kathir berkata: Pandangan yang lebih tepat dan lebih sahih bahwa ayat ini bersifat umum, walaupun kita tidak nafikan bahwa ia diturunkan atas sebab-sebab tertentu. Khianat sangat umum maknanya mencakupi dosa besar dan kecil.


Tafsiran Ayat:

Janganlah kamu khianat kepada Allah dan Rasul (sallallahu alayhi wasalam).

Maksudnya: Janganlah kamu abaikan fardhu-fardhu (kewajiban) yang telah ditetapkannya, jangan kamu langgar batasan-batasanNya (larangan-laranganNya), jangan kamu bergelimang dosa-dosa yang telah dijelaskan di dalam kitabNya.

Adapun maksud: Jangan khianat kepada Rasul (Muhammad) ialah jangan kamu benci kepada penjelasan-penjelasan rasul terhadap Al-Quran karena kamu terlalu fanatik (ta’ashshub) dengan pandangan peribadimu (hawa nafsu) atau pendapat tuan-tuan gurumu, atau pendapat pemimpin-pemimpin kamu. Lalu kamu gantikan sunnah Rasul dengan sunnah nenek moyangmu atau pemimpin kamu, karena kononnya mereka lebih tahu tentang maksud Allah dan rasulNya.



Dan jangan (pula) kamu mengkhianati amanat-amanat.

Dan janganlah kamu mengkhianati amanat antara sesama kamu, apakah dalam soal kewangan ataupun kemasyarakatan. Menyebarkan rahasia adalah khianat. Lebih-lebih lagi rahasia suami isteri.

Baginda Rasul bersabda:

Sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat nanti ialah lelaki yang mencurahkan rahasianya kepada isterinya dan isterinya mencurahkan rahasianya kepada suaminya lalu dia sebarkan rahasia itu kepada orang lain.

(Hadis sahih riwayat Muslim)

Khianat adalah sifat orang-orang munafiq, sedangkan amanah adalah sifat orang-orang yang beriman.


Sedangkan kamu mengetahui

Maksudnya: Kamu mengetahui keburukan khianat dan pengharamannya olih Allah SWT dan betapa buruk akibatnya yang bakal menimpamu di dunia dan akhirat.

Atau dengan maksud lain: Kamu mengetahui bahwa apa yang kamu lakukan itu adalah khianat, karena sangat jelas kesan buruknya, walaupun tersembunyi hukumnya di sisimu.



Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah

Fitnah harta dan anak sangat nyata, sedikitpun tidak tersembunyi bagi orang-orang yang berakal waras. Fitnah di sini artinya ujian (ikhtibar) iaitu Allah ingin menguji seseorang melalui harta dan anak yang dikurniakan kepadanya.

Harta biasanya menjadi ukuran kehidupan seseorang. Dengan memiliki harta, hidupnya lebih selesa. Dengan harta ia dapat memenuhi hajat dan keperluannya di samping juga dapat menghindarkan dirinya daripada perkara yang tidak diinginkan.

Atas sebab itulah manusia sanggup bersusah-payah demi mengumpul harta sebanyaknya.Agama telah menetapkan bahwa mencari rezki mestilah melalui sumber yang halal, dan di dalam harta tersebut ada bahagian yang mesti dikeluarkan untuk golongan-golongan tertentu.

Dan di sinilah terkadang-kadang terdapat manusia yang tidak lulus terhadap ujian Allah. Demi mencapai kehidupan yang mewah, dia sudah tidak lagi mau terikat dengan panduan agama. Dia tidak saring dari mana sumber rezkinya, dan dia tidak kira ke mana dia mempergunakannya. Padahal kelah pada hari kiamat akan ditanya:

Sabda Nabi (sallallahu alayhi wasalam):

Kedua kaki manusia tetap tidak dapat bergerak pada hari kiamat sehingga kepadanya ditanya empat perkara: Tentangumurnya ke mana ia habiskan, tentang masa mudanya ke mana dia pergunakan, tentang ilmunya apakah ia amalkan dan tentang hartanya darimana dia perolihi dan ke mana ia gunakan.


Adapun anak adalah fitnah, juga demikian. Cinta kepada anak sudah menjadi fitrah manusia. Atas sebab itu ibubapa sanggup berkorban apa saja demi kesejahteraan anak, walaupun kadang-kadang mesti mengorbankan harta, kesehatan dan rehat. Cinta yang keterlaluan kepada anak bolih mendorong ibubapa melakukan dosa, lalai mendidiknya, tidak dapat menegakkan keadilan, bakhil, meratapi lematiannya.

Kesimpulannya: Fitnah anak lebih besar dari fitnah harta karena orang tua sanggup mencari harta dari sumber haram dan mengambil hak orang lain demi menjaga kesejahteraan anak-anaknya.

Sungguh tepat sabda Nabi (sallallahu alayhi wasalam):

Anak adalah jantung hati, dia adalah punca kebodohan, punca kebakhilan dan dia juga punca kesedihan.

[Al-Maraghi 9/194]



Sesungguhnya di sisi Allah tersedia pahala yang besar.

Kita disuruh agar mengutamakan ganjaran yang ada di sisi Allah iaitu dengan mengikuti hukum-hakam agamaNya, baik yang bersangkutan dengan harta benda atau anak. Malah terkadang-kadang demi mencapai ganjaran tersebut kita terpaksa mengorbankan kepentingan anak dan sebahagian harta kita.



Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan, dan menghapuskan segala kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar

Dalam ayat ini pula Allah berjanji akan memberikan empat perkara kepada orang yang bertaqwa kepadanya, iaitu:

(1) Furqan iaitu kemampuan melihat ( نُوْرُ الْبًصِيْرَةِ ) untuk membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara yang benar dengan yang salah, antara yang baik dengan yang buruk, antara yang bermanfaat dengan yang mudarat. Atau dengan istilah lain: Dialah ilmu yang sahih dan hukum yang tepat. Menurut Ibnu Abbas, furqan mengandungi makna: jalan keluar dan pertolongan. Dan Mujahid pula menambah: Jalan keluar di dunia dan di akhirat. Dialah Al-Hikmah yang difirmankan olih Allah:

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi kurnia yang banyak. Dan hanya orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

(Al-Baqarah 2:269)


(2) dan (3) Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan mengampuni dosa-dosanya. Kedua-dua anugerah ini hampir sama pengertiannya. Menutup kesalahan maknanya mengampuni dosa-dosa kecilnya, sedangkan mengampuni dosa maknanya memaafkan dosa-dosa besarnya

(4) Allah menyediakan untuknya ganjaran yang besar di akhirat nanti. Dan Allah mempunyai ganjaran yang besar.